Powered By Blogger

SERBA-SERBI INFO

Jumat, 01 April 2011

LAMBATKU HIKMAH BAGIKU

        Angin berhembus membelai dedaunan yang melambai-lambai di sudut kelas XII-B-1. Terlihat debu lapangan didepan kantor mulai beterbangan seakan mengitari setiap ruang kelas. Lapangan itu memang sudah ditanami rumput, namun karena setiap hari diinjak dan di hentak-hentak oleh masyarakat sekolah pada saat senam pagi dan upacara bendera. Memang bukanlah salah mereka, mereka juga tidak rela melakukan itu, mungkin dimata mereka ini adalah ulah Bapak M. Nugroho, S.Pd, Ibu Asmawati , S.Pd, Bapak Sabar kamaruddin S.pd, dan yang lainnya. Beliau-beliau inilah yang sering berteriak menjerit-jerit menyuruh mereka senam pagi. Angin semakin bertiup kencang, mungkin karena letak sekolah ini boleh dikatakan di atas bukit. Jam kedua barusaja masuk. Dilapangan memang terlihat sepi karena penghuni setiap kelas sudah memulai belajar. Namun, disini, di tempat saya duduk tepatnya didepan ruangan kelas XI-B-1, disini terlihat agak ribut. Ya, pelajaran yang paling disukai oleh para siswa yaitu pelajaran yang gurunya tidak masuk. Heee... Memang rasanya mendapat rahmat yang luar biasa kalau guru tidak masuk. Maklum, anak SMK yang belum bisa berpikir terlalu panjang. Pelajaran kimia, oh ya, gurunya adalah yang terhormat Bapak M. Qodir Zailani, S.Pd. Beliau memang sering tidak masuk. Memang tak dapat dipungkiri, beliau banyak urusan, selain sebagai wakasek bagian kesiswaan, beliau juga menjabat bendahara sekolah. Apalagi mendekati tanggal 1, beliau menuju ke ibukota kabupaten untuk mengambil gaji-gaji guru. Lebih-lebih ada beasiswa BBM maka pekerjaan beliau semakin menumpuk. Belum lagi ada siswa-siswa yang nakal dan harus berurusan dengan beliau. Berbagai macam tingkah warga kelas XI-B-1 nampak membuat bising seisi ruangan. Disudut ruangan Sudirman dan Ali Usmar dan yang lainnya sedang membicarakan sesuatu, mungkin weekend atau mungkin yang lain saya kurang tau. Tidak lama kemudian muncul sesosok guru dari dalam kantor, kelihatannya dia menuju ke kelas kami. Ya, tidak lain, seorang guru piket datang untuk memberikan bahan untuk dicatat dipapan tulis. Suasana berubah menjadi sunyi seakan-akan bak tak terjadi apa-apa setelah guru tersebut masuk ke ruangan. Beliau menyerahkan buku pada ketua kelas dan mengancam siswa yang ribut dengan berbagai macam hukuman, beliaupun bergegas menuju ke kantor kembali. Ketua kelas mulai menulis hurup demi hurup, kata demi kata, rumus demi rumus kimia dipapan tulis. Kami juga ikut menulis mengingat berbagai macam ancaman yang sudah diutarakan guru piket tadi. itulah sebuah kisah yang tidak bisa saya lupakan sewaktu saya menduduki sekolah menengah kejuruan, di kabupaten tempat saya berada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar